Selasa, 27 Agustus 2013

Harkat Jiwa Sasak

Sebagai proses kekhalifahan didunia, selalu kita terantuk pada pertanyaan asali dan asal. Pertanyaan asali, siapakah saya (?), siapa ingsun, siapa sira, dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya. Dan Pertanyaan tentang asal; darimanakah saya (?) Turunan pertanyaan pertama, menjadi : Wirasa, Wiraga, Wi Turunan dari pertanyaan kedua inilah yang berorietasi pada sejarah, silsilah, dan waktu. Bangsa memberikan momentum penting untuk dua pertanyaan itu adalah pada saat kelahiran, menanjak dewasa, perkawinan, permashuran dan kepaten. Untuk itulah ranah insani dapat dilihat dari beberapa sisi yang merupakan satu kesatuan yang utuh, yakni Wiraga atau perilaku hidup sehari-hari, Wirasa atau nurani dan tuntunan ilahiah, wirama atau keharmonisasan alam, diri dan masyarakat, Wirupa atau kesungguhan berkarya dan mengabdi bagi kesejahteraan, kemuliaan dan kemanusiaan. Nilai indeks-nya dapat disebut sebagai indeks pencapaian manusia sasak. Nilai indeks itu, tepatri dalam pola hidup ; ketika lahir dalam nama, ketiak menanjak dewasa, disebut sesebutan, ketika perkawinan menjadi ajikrama, ketiak pemashuran menjadi gelar, dan ketika kepaten menjadi monument kenangan. Untuk Patri Ajikrama, maka nilai indeks itu, dapat diuraikan, sbb: 1. Nilai Indeks 7, artinya ia mampu memahami martabat tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa manusia hidup, dan tahu tentang dasar-dasar kehidupan. 2. Nilai indeks 17, artinya memahami martabat tujuh sebagaimana diatas, plus sedulur papat lima pancer dan Panca Ubayaning Sandhi. 3. Nilai indeks 33, artinya sebagaimana pencapaian 17, ditambah cupu manic astaghina dan hastabrata. Astaghina merupakan pelajaran filosofis dari Dewi Anjani, dan Astabratha, adalah ibrah yang sangat mengagumkan dari cinta Sang Putri Mandalika. 4. Nilai indeks 66, merupakan pencapaian setelah nilai indeks 33, dengan takik selanjutnya, yakni Tripama, 4 sifat rasulullah ( siddiq amanah tabligh fathanah), Sad Warnaning Rajaniti, Dasa Dharma Perbangsa dan Dasa Pasanta. 5. Nilai indeks 99,merupakan pencapaian setelah indeks 66, dihiasi dengan Pancaniti Dharmaning Prabu, catur nawa sandhi, catur pawerti, sasmita amrih lantip yang berjumlah 4, Subasita yang berjumlah 9, Niti sastra yang berjumlah 6, ditambah Basa Basuki, sehingga menjadi 99, dan disempurnakan oleh Guru Sejati atau Tauhid jati, menjadi 100. 6. Nilai indeks 200, yang dianggap sebagai kelipatan dari indeks 99 merupakan bentuk penemuan kesejatian yang berpintukan 99 asmaul husna disempurnakan anugrah keterpilihan untuk mencapai Manunggaling Kawula Gusti, suatu tingkat astral tertinggi, dan berkedudukan sebagai kekasih Allah SWT, yang terwujud dalam seluruh perikehidupannya. Siapa saja, yang mencapai tingkat ini, maka akan diperhelatkan sebagai Raja bagi orang sasak. Bila kini, dianggap belum ada Raja, maka sejatinya, masyarakat sasak belum benar mendapatkan pencerahan dari orang-orang yang telah mencapai tingkatan tertinggi ini. Masyarakat Sasak sedang menanti penuh harap akan datangnya seseorang dengan pencapaian Manunggaling kawula lan gusti, yang setiap kata-katanya berkesesuaian dengan Firman Allah SWT, baik secara tersurat, tersirat maupun tersembunyi. Insan yang laras dan terus berupaya menyesuaikan diri dengan Manik Deside Allah SWT itulah, disebut dengan MENAK, sebagai setangkai doa, agar setiap MENAK tersebut benar-benar mencapai derajat Kekasih Allah. Dan Para Datu, adalah MENAK sasak yang dianggap sedang menjalani patrap menuju titik terindah keridhoan ilalhi. Wallahu alam bissawab Padepokan Gde Pharne Shri Lalu Gde Pharmanegara Parman

Tidak ada komentar: