Selasa, 27 Agustus 2013

Cita-cita

Disebuah sekolah alam, sang guru bertanya pada murid-muridnya, “ anak-anak apakah cita-cita kalian untuk masadepan?” Dan mereka pun menuliskannya disebuah kertas, diserahkan pada Sang Guru. “ Ananda Ahmad, mengapa dikau bercita-cita menjadi banker” Tanya sang guru.. “ Saya ingin membayarkan hutang Indonesia yang sejumlah 2 ribu trilyun itu pak guru.. Kita tahu, sementara ini pemerintah sibuk berfoya-foya dengan APBN yang merupakan hutang negara, dan selanjutnya memaksakan rakyat kecil membayarnya dengan berbagai macam pajak, pungutan, menjual asset bangsa, dan menggadai sumberdaya alam bumi Indonesia..” jawab Ahmad “ Neng Siti, mengapa dikau bercita-cita menjadi ideolog..?” Tanya sang Guru.. “Karena kerusakan dan kebajikan dunia ini tergantung dari para ideolog, merekalah yang telah membuat kita bahagia ataupun sengsara. Dan kelak bila saya menjadi ideolog, maka saya akan membuat suatu gerakan Indonesia yang tercerahkan dan akan menjadi tauladan bagi bangsa-bangsa sedunia, sekaligus menjadikan tanah ini sebagai pintu kebangkitan dunia baru..” Jawab Siti lantang.. “ Ananda Ali, mengapa dikau bercita-cita menjadi Spritualis?” Tanya Sang Guru. “Karena kita semua bertindak dengan prasangka dan khayalan masing-masing saja. Saya berharap semua orang dalam Tuntunan Tuhan Yang Maha Pencipta.. Bukan hanya mengandalkan hawa nafsu dan lamunan masing-masing. Dan lihatlah, betapa kerusakan dimuka bumi ini, karena pertentantangan antara redzim agama yang tidak pernah memahami maksud Tuhan yang sebenar-benarnya..” Tukas Ali.. “ Wahai Wati, mengapakah dirimu bercita-cita menjadi Hobbit?” Tanya Sang Guru keheranan. “ Dengan hidup ditempat yang menyendiri, saya ingin hidup tenang dari kerisauan zaman. Bebas dari tekanan imprealisme kota di desa-desa, melepaskan dari pertarungan hawa nafsu yang penuh dengan kebuasan. Menghindarkan diri dari kepura-puraan dan kemunafikan. Kami akan bisa hidup bahagia tanpa Negara, tanpa militer, tanpa DPR, tanpa Pajak, tanpa Hutang Warisan Kolonial, tanpa kredit dan perbankan”. “Mengapa tidak ada yang bercita-cita menjadi petani? Bukanlah itu pekerjaan mulia..” “ Karena petani adalah bahan perasan dari setiap orde penguasa sepanjang sejarah”.. “Mengapa tidak ada yang bercita-cita menjadi tentara?” “Karena tentara adalah kehidupan yang sia-sia demi suatu kepalsuan..” “Mengapa tidak ada yang bercita-cita menjadi politisi?” “Karena politisi itu memang tidak pernah ada!” “Mengapa tidak ada yang bercita-cita menjadi guru?” “ Sebenarnya boleh juga, tapi guru hari ini adalah diktat dari mesin pembodohan massal yang memberikan pembenaran atas kepentingan-kepentingan..” “Mengapa tidak ada yang bercita-cita menjadi President..?” “Karena president hari ini, tidak lebih dari jongos dari bankers, ideology dan redzim agama itu..” “Waduuuhhhh…” “ Hari ini, sekolah bubar!!!”

Tidak ada komentar: