Selasa, 27 Agustus 2013

Balada Rumah Waris

Kondisi sebagian keraton, kerajaan di Indonesia hari ini, Seibarat RUMAH plus pekarangan yang lama ditinggalkan oleh kadang warisnya, tidak berhirau sama sekali, tidak mau peduli sedikit pun jua, bahkan sebagian dan atau semuanya, mengingkari sebagai amanahnya, karena khawatir beban tanggungjawab yang demikian beratnya.. Setelah sekian lama usang dan tak terurus oleh pihak kadang waris, sebagian daripadanya, akhirnya diurus oleh negara, sebagian lain tak tertangani sama sekali. Sekian waktu berlalu, rumah itu kedatangan gelandangan, sekelompok orang iseng, seniman jalanan, pengamen atau para gali, yang merasa tertarik dengan rumah tersebut, mungkin karena kecintaannya, mungkin juga karena dijadikan sarangnya.. Rumah itu dirawatnya dengan baik, halaman yang penuh semak belukar di tatanya menjadi sebuah taman yang indah. Rumah itu kini indah, entah untuk kegiatan yang bersifat politik, bisnis atau bahkan tempat hiburan sahaja. Rumah itu menjadi meriah, warna-warni yang memukau mata. akta kepemilikannya sudah diurus di lembaga berwenang, karena memang sudah lama absente. Namun cahaya rumah itu hilang, tak lagi seperti dahulu kala, dimasa pemiliknya yang sejati, karena memang para gelandangan, orang iseng, seniman jalanan, pengamen, preman kampung dan para gali, tak pernah mau tahu itu secara detail, peradaban atau tetek bengek ilmu sejarah. Suatu hari, cicit dari waris rumah melintas dirumah itu, melihat betapa sekarang rumah itu sudah terawat dengan rapi dan indah. Pertanyaannya, pantaskah ia mengaku-ngaku sebagai pemilik sejati dari rumah itu (?) Beranikah ia menyatakan diri sebagai pewaris sejati bagi rumah yang telah buram cahayanya itu (?) Tidak sedihkah ia melihat sekitar kawasan rumah itu, menjadi penuh dengan kedzaliman dan kemaksiatan (?) Tidak risaukah ia, bahwa rumah itu menjadi sarang penyamun dan preman kampung (?) Tidak galaukah ia, melihat kawasan rumah itu menjadi hambar dan tanpa tuah (?) Mampukah ia menjadi pewaris sejati selayaknya kakek buyutnya dahulu, padahal ia sendiri berkecerdasan rendah, tak mampu bertutur kata santun bermakna, dan keyakinan agamanya pun labil tertiup angin (?) Jakarta, juli 2013

Tidak ada komentar: