Rabu, 27 Agustus 2014

SASAK GAWAT DARURAT

Seorang anak lari tergopoh-gopoh pulang, seraya teriak,” gawat miq.. gawat miq, sasak gawat darurat”. Lantas salah seorang kakaknya menyela, “ araq napi sak paran sasak gawat darurat nike?”. Dengan nafas tersengal, sang adik bercerita, bahwa Sasak sudah dalam kondisi gawat darurat, karena: Pertama, Pemerintahan di gumi sasak sudah dikuasai oleh para ulama yang buruk perilakunya. Mengatasnamakan agama untuk kepentingan seksual, dan kekayaan peribadinya saja. Mulutnya ngerocot mengutip ayat-ayat suci, tapi perilakunya sudah rakus, tamak, dan penuh curiga. Kedua, Tanah di gumi sasak, sudah habis dipetak-petak oleh orang asing dan para penyembah berhala. Ketiga, perdagangan dan pertanian dikuasai oleh imperialisme desa dan para toke-toke. Keempat, para menak-nya sudah mabuk, lupa daratan, dan hanya gontok-gontokan atasnama adat dan kebangsawanan. Kepemimpinan sudah dicuri oleh kaum sudra, yang berpura-pura menjadi cendikiawan, tuanguru atau orang kaya. Kelima, para alim ulamanya menjadi lebih arab dari orang arab, sehingga agama kehilangan basis pemahamannya. Mereka sibuk mengutip ayat, tanpa pernah bisa menjawab persoalan rakyat dengan jawaban agama. Keenam, lingkungan hidup sudah hancur sejadi-jadinya. Sungai-sungai kering, hutan-hutan gundul, pencemaran dimana-mana, polusi mulai nampak, suhu meningkat drastis, dan burung-burung sudah tak lagi terdengar suaranya. Ketujuh, Perpustakaan kosong, buku-buku sudah tak lagi digemari. Kedelapan, para akademisi menjadi parade pertukangan untuk mencari sesuap nasi. Parade manusia keminter, dan cendikiawan koplak. Universitas hanya mencetak ijazah, sementara kecerdasan sudah mandeg di awan. Pendidikan semakin tidak bermutu. Kesembilan, Konflik social semakin rawan, pencurian semakin marak, perampokan kian banyak. Kesepuluh, para politisi kian individualis, hanya mementingkan dirinya sendiri. Sementara mulutnya semakin berbau pesing, karena terlalu banyak janji-janji. Kesebelas, para seniman adalah para pemabuk yang sakit parah. Menyanyikan lagu-lagu cinta disaat manusia lapar dan sengsara. Penakut dan cenderung hura-hura. Keduabelas, masyarakat kian apatis, frustasi dan putus asa. Waduuuh… gawat… Mataram, 28 agustus 2013

Tidak ada komentar: