Senin, 03 Mei 2010

Derai cinta Sang Brahmana

Aku mengerti tentang kisahmu, duhai sahabat yg kubanggakan. Kisah cinta yang selalu terkapar dipusaran bumi. Padahal betapa tulus dikau dari setiap bulir asmara padamu yg disemai. Disetiap doa, dikau sisipkan namanya dan mengirimkan fatihahmu.. Betapa indah nurani yang kau bingkiskan untuknya, untuk seseorang yang telah berpura-pura mencintaimu, kata-kata asmara yang dia kutip dari koran-koran, atau sobekan majalah remaja yang penuh dengan perlambang- perlambang besar; rembulan, matahari, sungai, bintang, awan dan semua yg nampak besar diretina. Aku tahu juga, metafora yang dangkal itu sering membuat seolah terbang tinggi disamudra cinta kasih. Tapi siapa nyana, dikau selalu terkalahkan oleh tipudaya dunia yang tak pernah puas melampiaskan rindunya dengan berbaris kalimat. dikau tetap tercampak, dilindas oleh tafsir kecantikan yang terus bekejar-kejaran oleh hipnotis tentang keindahan. Sungguh, kusampaikan padamu, sebenarnya, dikau tak boleh dicintai siapapun, tak boleh menorehkan asmara setitikpun, karena dikau digariskan hanya untuk cinta yang agung kepadaNYA. Sungguh, Tuhan betapa cemburu, bila dikau main hati dengan sekedar estetika picisan kelas pabrikan, yang dibuat oleh serapah, hasil korupsi dan imprealisme industri yang tiada bernurani. Engkaulah, Kasta Brahmana itu, takdirmu hanyalah mencintai alamraya dan Sang Pencipta. Amanah-mu mempertahan kesetimbangan atas bumi langit, jiwa dan peradaban manusia. Dikaulah bening dari rindu yang berpangkal di tepian surga. Jangan pedulikan, serapah para spiritualis palsu, dalam seolah-olahan kesucian yang membungkus tubuhnya yg berbau, dibalik itu yang betapa buas dan rakus mencari mangsa untuk bigami, trigami, caturgami bahkan lebih, atau paling tidak, ia sedang mengendus-endus remah-remah kebanggaan untuk istrinya, yang sudah bosan dengan kepalsuan.
Aku tahu sahabatku, dikau dilahirkan dari kebeningan, seolah mata air dipuncak bukit yang meditatif, tak sanggup satu tangan pun untuk mendekati keagungan rindu-mu. Karena rindu-mu bermuara pada rindu-NYA, cintamu berpangkal, berpokok, beranting, berdaun dari pepohonan cintaNYA. Dicukupkan bagimu, asmara yang tak mampu ditembus oleh susastra apapun dimayapada ini..

Tidak ada komentar: