I.
Sahabat adalah pesenyawaan rindu dalam anyaman dayacipta
Yang selalu sanggup melintasi tebing-tebing sejarah..
Mencipta harum pada bunga, dan
Membentang karpet merah bagi masa depan kemanusiaan
II.
Engkau tak akan pernah dari hatiku..
Ketekunanmu menganyam setiap sembilu menjadi atap, dan dinding2 bangsa ini..
Engkau tak akan pernah hilang dari jiwaku..
Kesungguhan membasuh luka pad setiap takik-takik waktu,
Demi langit harapan yang mungkin tak kan pernah kau sentuh..
Engkau tak akan pernah lenyap dari kalbuku..
Saatu kau bisikan lembut ditelinga kami:
“ Merdekalah sayang, fajar sudah menyingsing.
Sebentar lagi pagi!”
III.
Walau sampai batas lazuardi, tiadalah dapat kujumpai
Hakekat kebajikan dan pengorbanan..
Walau seluas samudra yang tak berbatas pandang,
Tiadalah dapat kulayari titik mata angina ketulusan..
Walau pada palung-palung didasar lautan,
Tiadalah dapat kuselami keindahan budi nan bening..
IV.
Dimanakah engkau kini..
Lelaki yang menyalakan obor pagi hanya untuk membakar matahari,
Agar setiap orang menciptakan matahari sendiri masing-masing dalam jiwanya..
Engkau juga, yang menenggelamkan rembulan disungai ciliwung yang jork dan berbau itu, agar smua orang belajar menciptakan keindahan sendiri dalam kalbunya..
V.
Rahayu.. rahayu..
Biarkan bunga-bunga tertipu kalender
Musim-musim yang mengkhianati tanggal..
Ku menatapmu dalam keteguhan makna
Bahwa hidup—ya sudah – bersahaja saja
VI.
Engkaulah perahu nuh, satu wahana penyelamatan peradaban..
Engkaulah pedang ibrahim, satu wanaha bagi makna kerelaan
Engkaulah tongkat musa, satu wahana menuju Tuhan..
Engkaulah dendang Sang Isa, atau bisikan penuh petanda zakaria
Engkaulah, satu perahu, pedang, tongkat, lagu
Atau bisikan yang menyelamatkan..
Jakarta, 2010
Jumat, 17 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar