I
Pada pagi yang menyemai kebeningan,
ingin kuceritakan padamu,
tentang fajar yang diasuh rembulan..
Disetiap binarnya,
seolah membelai harapan pada langit yang merindu cahaya,
pada dedaunan bermandi warna atau air yang membisiki suara dengan gemerciknya..
Ingin keberitakan padamu tentang perjalanan setiap bulir air untuk mencapai muara, mengumpulkan setiap tetes persahabatan menjadi daya dan setiap ketulusan menjadi temali
II.
Teramat terjal si Tebing Batu..
Dipundak-pundak bertemu gua..
Selamat berjuang duhai Sri Ratu..
Segala harap padamu jua..
Dilembah ngarai tampaklah sawah..
Hijau warnanya sangatlah indah..
Tabahlah jiwa mengurai amanah..
Rahmat kan tiba melimpah ruah..
III.
Salam seindah petang nan lembayung senja bagimu putri..
Semoga engkau tetap seindah rembulan, setulus mentari,
Dan seagung bintang- bintang..
IV.
Seperti langit yang mengajarkan keluasan pandang,
Atau samudra yang menuturkan cerita dari masa ke masa..
Seperti juga gemercik air yang setiap tetesnya adalah ketulusan,
Atau setiap muaranya adalah kerinduan pada kesejatian..
Datang..,
datanglah keindahan itu disetiap pori-pori jiwa..
Disetiap ubun-ubun pengharapan..
Disetiap awan-awan yang mampu teduhkan sukma..
Engkaulah itu, perjalanan panjang sejarah penuh metafora,
Atau kegaiban yang hilang bersama cintaNYA..
V.
Biru birulah langit wajahmu..
Semburat lazuardi dipelupuk hari..
Haru harulah sekeping hatimu
Tergugah semangat diufuk nurani..
Betapa senyummu di embun pagi..
Adalah bukti engkau hadir dimuka bumi..
Sebagai anugrah pada setiap diri..
Yang mengerti makna nan sejati..
VI.
Kupandang langit, seolah ku menatap wajahmu yang tersenyum..
Kutatatap air, seolah kubercermin pada wajah zaman yang sumringah mengeja namamu..
Kudengar desau angin, seolah membisikan saripati perjalananmu..
Dimanakah engkau, duh kesejatian..
Menyeruak diantara rimba rahasia..
VII.
Salam pagi bagimu, duhai Putri..
Betapa indah, sebermula hari ini dengan senyummu..
VIII
Diantara lazuardi menyambut malam dengan rinai,
Kepak kupu-kupu yang bercerita tentang perjalanan penuh risau, terjal dan berbatu..
Oh, Putri yang tumbuh menjadi sejarah, bawalah tinta emas hidupmu..
Di majelis rakyat yang merindu padamu..
IX.
Sahaya menatapmu berkilauan,
Seolah fajar hati sudah terbitlah ia..
Betapa ingin setiap orang bertatapan,
Gundah jiwa yang temukan harapannya..
Dikaulah, rindu segala rindu,
Dipuncak-puncak bukit nan berbatu..
Dikaulah haru segala haru..
Dipucuk anganan beratus-ratus tahun terdahulu..
X.
Diantara rinai yang bercerita tentang kisah-kisah para pejuang
yang telah menorehkan namanya dengan tinta emas sejarah,
Ada semburat cahaya dari senyummu yang ditiupkan
semerbak mewangi spirit kesejatian..
Sementara itu, semilir angin terus menitipkan rindu dari palung langit yang terindah..
XI.
Salam pagi untukmu duhai Sang Putri,
Alangkah indah pagi dalam semesta senyummu,
yang telah mencipta burung-burung jadi riang bernyanyi,
Embun-embun bangga pada beningnya,
Dedaunan menemukan harkatnya,
Dan langitku..
Oh, langitku seolah menemukan seteguk air
Setelah penat melayani mayapada ini..
XII
Pada angin yang selalu setia menjadi daun-daun harapan
Dikelopak jiwa-jiwa nan bening..
Ijinkanlah kami bertitip salam penuh hormat
Bagimu duhai Putri nan cantik jelita..
XIII.
Salam senja bagimu duhai Tuan Putri..
Semerbak wangi bunga bersama meniti hari
Karena engkaulah titisan sang Dewi Surgawi..
Yang menerbarkan berjuta kasihsayang tiada berperi..
Seolah setiap langkah adalah jejak cahaya budi..
Bagi bara semangat bangsamu yang tumbuh berseri..
Setangkup metarindu untukmu dikedalaman nurani..
Kupesembahkan stanza dari jiwa yang terus bernyanyi
Diujung batas harapan dalam keindahan Ridho Illahi..
Bawalah doaku kemanapun engkau pergi..
Kutai, desember 09 – januari 2010
Rabu, 15 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar