Selasa, 27 Januari 2009

Metarindu Pharmanegara

I.
Sehelai rindumu adalah sungai pengetahuan tentang sang kekasih,
Setunas rindumu adalah bening harapan yang dirawat setiap saat,
Sedahan rindumu adalah kemuliaan tuk memandang metarindu dari retina keindahan,
Seranting rindumu adalah sayap ketulusan yang terbang dilangit asmara,
Semesta rinduku dalam kepasrahan pada NYA.

II.
Kuingin mengecup keningmu dengan puisi,
mencium bibirmu dengan sajak-sajakku,
mendekapmu dengan syair-syairku,
mensetubuhimu dengan satireku pad luka menganga diliang sejarahku..

III.
Andai engkau tahu,
cahaya tentangmu yagn selalu kujaga dalam jiwaku..
andai engkau tahu,
namamu telah menjadi unsur pembentuk darahku..
andai engkau tahu, pagiku selalu untukmu..

IV.
senja bagimu duhai metarinduku;
darahku mengalir mengeja namamu,
nafasmu luruh dalam jiwaku..
Engkaulah taksonomi cintaku yang tak dapat diterjemahkan zaman..

V.
Dimanakah pisau rindu itu engkau simpan,
mengapa saat ini ia merobek jiwaku,
kalbuku dalam keindahan bayangan belai dirimu..
bangkitkan metarinduku untukmu..

VI.

Kuingin hantarkan istirahmu dengan doa dan tembang nan indah,
seraya kecup dahimu penuh kasih..
metarinduku menjadi bumi, matahari, rembulan, dan bintang dalam mimpi tentangmu..

VII.
Siapakah yang diajarkan malam untuk bangun dan menangis dipangkuan taubat..
Siapakah yang diajak malam untuk berdzikir dalam bioritme kehidupan..
Siapakah yang dirangkul malam untuk menyulam saripati kejadian..
Engkaukah itu sang Pengabdi di pagi hari,
Sang perkasa disinga hari,
Sang pemetik makna disenja, dan
Sang Pecinta di petang hari..

VIII.
senja itu bersembunyi dibalik jantungmu,
seolah hela nafasku ada dijiwamu;
berdama degubnya yang indah,
semerbak mewangi dari metarinduku padamu..
semesta kasihku..

IX.
Alangkah indahnya bila senyummu temaniku selalu,
seraya mengurai satu persatu makna setiap peristiwa,
karena engkaulah metarindu yang tak akan pernah terpisah dari jiwaku..

X.
Duhai dikau yang hadir dalam mimpi-mimpiku,
engkaulah ujian ketulusanku yang selalu mencemetiku dengan kerinduan..
yang selalu masukanku ke gua dan lorong-lorong kesabaran..
tapi kukan tetap sayang padamu..

XI.
Duhai kekasih jiwa,
sebatang al fatihah untukmu dalam samudra metarinduku..
Ada yang tak mampu kusampaikan,
karena pisau takdir itu telah merobek hasratku padamu..

XII.
Duhai kekasih,
sungguh kucintaimu;
jadilah ranting dari harapanku,
jadilah rembulan untuk estetikaku,
jadilah malam pada..

XIII.
andai kan bisa,
cinta dan rinduku akan kualihkan saja pada perempuan sederhana,
tiada perlu seindah dirimu,
tapa apa mau dikata,
rinduku hanyalah tentangmu..

XIV.
Ketika semua orang mengagungkan kesetiaan,
dikau melecehkannya..
Ketika semua orang mengasah ketulusan,
dikau menafikannya..
Ketika semua orang rindu kekasih,
dikau menyisihkannya..

XV.
Apatah yang lebih indah,
tinimbang menemui dalam mimpi penuh rindu..

XVI.

Karena pada pagimulah bersemi rindu berdahan rimbun ketulusan,
keberterimaan untukku apa adanya,
tatapan rindu nan membara,
ijinkan ku kecup keningmu sebagai salam..

XVII.
Tiada yang menantiku,
digunung-gunung tiada,
dibukit-bukit juga tiada,
tiada yang menantiku!
Kecuali senyap yang berbisik tanpa kata,
didesau rindu yang tak pernah kau ijinkan berbunga.

jakarta, 2008 -2009

Tidak ada komentar: