Senin, 08 Oktober 2007

Sulawesi Selatan Heritage

Untuk menguatkan kemaknaan terhadap warisan budaya, cagar budaya di sulawesi selatan diperlukan suatu upaya yang lebih serius; melembaga, sistematik dan komprehensif. Sinaran kekuatan leluhur dalam bentuk pembelajaran ( lesson learns, al hikmah) dan kearifan tradisional (indegenous wisdom) merupakan suatu kekayaan yang tiada ternilai harganya. Karena sinaran itulah, kita berani berdiri tegak dihadapan bangsa - bangsa se dunia. Masyarakat sulawesi selatan yang dimotori oleh para raja, karaeng, bangsawan dan pemuka adat mendirikan sebuah lembaga pewarisan yang dinamakan Lembaga Pewarisan Sulawesi Selatan atau Sulawesi Selatan Heritage.
Lembaga ini dipimpin langsung oleh Karaeng Gajang yang merupakan tokoh yang sudah lama bergerak di pemeliharaan dan perlindungan situs di negeri celebes.
Sebagai keterpanggilan pertama, Sulsel heritage akan langsung melakukan advokasi terhadap alih fungsi lapangan Karebosi. Lapangan yang sangat bersejarah itu akan dijadikan sebagai mall oleh penguasa saat ini.
SULSEL heritage sangat keberatan dengan kebijakan yang sangat anti sejarah itu..
Dan untuk mengisi jiwa-jiwa generasi muda dengan spirit perjuangan, akan diselenggarakan program ZIARAH BENTENG. Suatu program wisata budaya yang akan mengunjungi 13 benteng se sulawesi selatan.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Pada tanggal 16 Oktober 2008, dewan adat kerajaan Tallo "Gallarang Tujua" menobatkan Raja mereka yang baru, ANDI ODDANG DAENG PABETA, KARAENG CENRANA, sebagai Raja Tallo XIX, setelah terjadi "kekosongan Tahta" selama puluhan tahun. Penobatan ini akan dilanjutkan oleh pengukuhan oleh Kerajaan Gowa (sebab Gowa dan Tallo adalah kerajaan kembar), sebagaimana tradisi turun temurun di kedua Kerajaan, seluruh Raja Tallo sekaligus merupakan Mangkubumi di Kerajaan Gowa. Bahkan ada Raja Tallo yang sekaligus merupakan Raja Gowa (atau sebaliknya), ini disebabkan kekosongan kekuasaan, yang mewajibkan salah satu Raja menjaga tahta kerajaan yang lain.
Selama kekosongan penguasa di Tallo, Raja Gowa yang dilanjutkan oleh Pemangku adatlah, yang mengambil alih seluruh prosesi adat & ritual di Tallo.
Paska pelantikan Raja Gowa, Raja Tallo akan dikukuhkan oleh dewan adat Gowa (Bate Salapang) sebagai "Tumabbicara Butta" atau Mangkubumi.
Sebab mahkota kerajaan Gowa yang di gelar "SALOKOA", hanya boleh disematkan oleh Tumabbicara Butta, yang menjabat Raja di Tallo.
Semoga tidak terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Gowa, dan semoga Bate Salapang diberi hidayah dalam memilih penguasa Gowa berikutnya dan tetap bersatu dalam kebersamaan pendapat.
Sipangaliki, sipakatau, sipakalabbiri & Sipatangngari;