Rabu, 21 November 2012

Anugrah Citra Prestasi Budaya Bangsa 2012

Syech Jalal Al Sasaki Al Islamiyah

Amalan Harian Awalan Pra-spiritualitas Sasak Syech Jalal Al Sasaki Al Islamiyah dapatlah dikatakan sebagai seorang ulama-spiritualis muda yang membanggakan. Beliau berasal dari Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat dan dikenal pula oleh berbagai kalangan di Jakarta sebagai seorang jurnalis spiritual yang sangat kritis dan mencapai tingkat kesalehan yang mengagumkan, setidaknya bagi para paranormal, ulama, pendeta, romo-romo, bhikku, penghayat kepercayaan dan berbagai tokoh kepemimpinan spiritual di ibukota Republik Indonesia. Pada tahap awalnya sebelumnya, ia justru ngelaku Amalan Harian Pre-Spiritualitas Sasak, yakni: 1. Beliau tidak pernah batal wudhu, baik secara harfiah maupun hakiki. Menjaga kesucian diri dalam perilaku yang lembut dan santun, wicara yang manfaat dan tak pernah sia-sia, menjaga pendengaran dari suara yang music dan atau sesuatu yang melenakan, menjaga wajah dari tatapan yang suram dan amarah, menjaga langkah pada yang tempat-tempat yang kiranya dipenuhi dengan kesesatan dan kemaksiatan. Menjaga tangan agar terus member manfaat pada orang banyak. Membasuh kepalanya dalam pikiran yang segala keresahan ummat. 2. Dzikir yang tak pernah putus. Dzikir seirama dentum detak jantungnya, rangka tubuhnya sebangun skema tahlilnya. Takbir, tahmid, tahlil, istigfar, basmallah, taawudz dan kalimah-kalimah dzikir beserta kalimah thoyibah berguman pada bibirnya, memasuki seluruh nadi dan darahnya . Amalannya dzikir asmaul husna seolah bergema pada seluruh pori-pori tubuhnya. 3. Puasanya merutin seirama hari, seperti Puasa Dawud, namun nampaknya dalam versi yang kuna. Makan padat hanya siang hari, berselang satu. Bila Senin siang beliau makan padat dengan sepotong buah apel misalnya, barulah lagi dihari siang rabu, hari siang jumat, hari minggu, dst berselang sehari. Selain itu tak ada lagi makanan padat, beliau hanya minum air putih yang cair belaka. Pada pola makan, menghindar dari makanan yang mengandung GIBHK ( garam, ikan, bawang merah, hewan dan Kelapa) 4. Setiap Shalat fardhu diupayakan selalu berjamaah dimasjid atau mushola terdekat. Sholat sunnat selalu dilakukan penuh, yakni shalat fajri 2 rakaat, shalat sunaat sebelum subuh 2 rakaat, shalat dhuha 2 rakaat, shalat sunnat sebelum dan sesudah dhuhur masing-masing 2 rakaat, shalat sunnat sebelum ashar 4 rakaat, shalat sunat ba’da maghrib 2 rakaat, shalat sunnat awwabin 6 rakaat, shalat sunnat ba’da ashar 2 rakaat, selanjutnya setelah sempat istirahat malam, bangun dengan shalat Tahajud dibiasakan 8 rakaat ditutup witir 3 rakaat. Selain itu pula, shalat wudhu, shalat taubat, shalat hajat, dan pada moment yang tepat shalat tahiyatul masjid, shalat istiharah dll 5. Selalu disempatkannya untuk mendoakan sahabat-sahabat, sanak keluarga, handai taulan, guru, tokoh-tokoh mujahid dan seluruh ummat. Mendoakan satu-persatu detail. Diawali shalawat, khadarat mengirimkan 1-3 ( alfatihah dan 3 al ikhlas), dan doa-doa yang bertepatan dengan keselamatan dan kebahagiaan masing-masingnya, diakhiri dengan doa penutup. Doa, shalawat, salam dilantukan disaat bertemu, disamping doa ketika selesai shalat fardhu. 6. Selalu disempatkannya setiap hari untuk merawat bunga-bunga, bertanam tanaman hias, menanam dan merawat tanaman buah dipekarangan, menyediakan herbal dan tanaman obat untuk menjadi persediaan bagi kesehatan. 7. Selalu disempatkannya mengaji, membaca ayat suci al Qur’an, menelaah hadits, membaca pula tafsir dan telaah ilmu alam dan sosial, disamping itu ia tekun menyimak hikmah kebenaran, kontestasi kebijakan dan nalar alam. Sekaligus daripadanya selalu berfikir keras pada nasib ummat, nasib bangsa, nasib alam dan peri kehidupannya. 8. Semampunya ia berupaya untuk shadaqah, berbagi harta, ilmu dan kepemilikan. Setiap kesempatan ia lakukan dengan berjamaah. Tak sungkan menolong orang, dan pernah menolak ajakan untuk membantu sesama, bekerja demi kemanusiaan. Bila seseorang datang padanya untuk meminta bantuan, tak pernah pulang dengan tangan kosong, atau hampa harapan. Ia membangun jiwanya, sahabatnya, handai taulannya dengan menggantung harapan kepada Sang Maha Pencipta, Allah Rabbul Alamin.. Syech Jalal Al Sasaki Al Islamiyah terus berjalan menuju hari-hari diruang rindu.. Jakarta, 21 nopember 2011