Minggu, 13 Januari 2013

RONA AWAL DERITA

Pada Workshop Husada Nusantara, hari ini, sabtu, 12 Januari 2013, disampaikan bahwa sakit yang diderita manusia itu, pada tingkat awal, hanyalah berjumlah 54 (limapuluh empat) jenis sahaja. Kesemuanya memiliki cirri, karakter, muasal, fenomena yang berbeda-beda. Masing-masing pula punya tamba dan penyelesaikan keluh yang khas. Terkadang ada derita sakit yang nampaknya parah dan genting, namun sebenarnya itu sangat gampang dan murah. Sebaliknya ada derita sakit yang nampaknya remeh temeh, namun sebenarnya itu sangat berbahaya dan berdampak fatal. Ada beberapa “sakit” yang perlu bantuan orang lain, seperti dokter, paranormal, tabib, shinshe, dukun, kyai, belyan, sandro dan lain-lain. Tetapi banyak juga yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri oleh sang penderita atau penyadang derita. Tersedia juga khasanah metode pendekatan pengobatan seperti modern klinis, kimiawi, akupunkture, herbal, bio-energi, metafisika, spiritual dlsb. Rangkuman upaya penyembuhan dari berbagai bangsa didunia seperti Mesopotamia, eropa, china, india, arab, jawa, dan berbagai wilayah didunia, memberikan jalan besar bagi upaya penyembuhan secara menyeluruh pada kesehatan manusia. Walau tentu saja, Ajal tetaplah hak prerogative Yang Maha Pencipta. Wallahu’alam

ARITMETIKA SUBJECT

Barulah saya sadar, ternyata manusia hidup pada lebih dari 73 dimensi dalam perikehidupan masing-masing manusia sebagai “subject”. Bilamana variable-variabel dimensional itu dilambangkan dengan huruf a, b, c, dst.. ditambahkan lambang –lambang lain sehingga berjumlah 73 atau lebih, maka akan kita dapatkan komposisi masing-masing dalam rentang a1, a2,a3… an, atau b1, b2,b3.. bn, dan seterusnya hingga tanda yang ke 73 atau lebih itu, maka akan tampak komposisi eksistensi diri, karakter, dan jawaban atas “siapa saya?”, “sopo siro”, “ who am I” dan pertanyaan sejenisnya lainnya… Komposisi inilah semisal a32b21c07d53e76f81 dan seterusnya hingga petanda yang ke 73 atau lebih. Disitulah akan nampak rona awal dari manusia itu sendiri. Dimensi –dimensi itu, adalah bila diurut, antara lain, dimensi waktu, ruang, peristiwa, gelombang, pengetahuan, energy, bioritme dan seterusnya hingga 73 bahkan lebih. Kalau melihat komposisi itu, maka sebenarnya setiap manusia bisa membaca dirinya sendiri, tanpa harus dibantu oleh siapapun jua. Variabel variable dimensional itulah yang harus dikuasai oleh setiap orang untuk dapat memahami posisi dirinya sendiri. Pergerakan setiap variable ini akan menciptakan pola yang dapat diperkirakan pada setiap perubahan. Model aritmetika ini, sekaligus memberikan tawaran penafsiran yang lebih masuk akal, ketimbang harus mengikuti ajaran-ajaran klenik, takhayul atau keyakinan sugesti lainnya. Orang2 pada masa tertentu banyak yang harus menemui para “orang pintar” untuk mehamami dirinya sendiri, namun rumusan aritmetika ini, setiap langsung melihat secara langsung model, gambaran dan ilustrasi tentang dirikita dihadapan diri sendiri. Persentuhan suatu “subject” diri dengan “subject” lainnya seperti benda-benda, binatang, tumbuhan, manusia atau material lainnya, akan memberikan perubahan komposisi yang significant, terbaca dan terukur. Wallahu’alam…

SASTRASUKU

Strategis dari merevalitasi sastrasuku ( dulu disebut sastra daerah), adalah kebangkitan kembali spirit dan jiwabangsa dalam konteks kenusantaraan kita. Langkah-langkah menginventarisasi, mendokumentasi dan mempublikasikan karya-karya sastra berbahasa suku, merupakan bagian penting dalam upaya peradaban Bangsa. Karena kemajuan setiap bangsa, dapat dilihat pada karya sastra yang dihasilkan oleh pujangga dan masyarakatnya. Sastrasuku, merupakan warisan yang tidak ternilai harganya, karena akan merupakan mata air yang jernih tentang kearifan, pengetahuan, pengalaman, kebahasaan, kehalusan budi, dan sekian banyak aspek lain-nya yang tumbuh subur pada setiap karya. Masyarakat Kesenian Nusantara / MKN, berupaya bekerjasama dengan PDS Hb Jassin, dengan harapan bekerjasama secara luas dengan semua pihak yang peduli pada keagungan suku-suku di Indonesia, untuk menjadikan Sastrasuku sebagai jatidiri dan pedoman hati bagi setiap anakbangsa. Salam Sastrasuku, salam keindahan nusantara

KASUNANAN SASAK ON PROJECT / KSOP

Upaya melanjutkan gerakan dakwah Sunan Prapen di gumi Lombok, memang harus mengikuti proses substansi yang paling dalam. Pelajaran Tauhid, Ilmu Kalam, Filsafat, Bio Energi, Akhlak, Susila, dan nilai-nilai dasar lainnya, harus menjadi agenda utama dalam proses itu. Hari ini, kita bisa melihat betapa banyaknya wahana keislaman; masjid setiap kampung, musholla setiap pengkolan, Pesantren di setiap desa, Tuan Guru disetiap pesta ( dari pesta kawinan sampai pesta demokrasi), merupakan modal dasar yang cukup baik untuk kembali menguatkan roh al islam dalam konteks kesasakan. Sunan Prapen, yang juga disebut oleh Paus Islam ke II setelah ayahanda-nya Sunan Giri, yang disebut Paus Islam Indonesia, mewariskan pengetahuan dinul islam, pengalaman spiritual, dan rumusan-rumusan bio-energi yang sangat dahsyat. Kewarisan inilah yang penting untuk di inventarisasi, di dokumentasi dan dijadikan suatu amalan agar islam konteks kesasakan yang di wariskan oleh para Walisongo menjadi sesuatu yang lebih konkrit dalam kultur agung Bangsa Sasak. Semakin merosotnya moral generasi muda, panasnya perpolitikan local, melebarnya panggung kepura-puraan, kekuatan semu dari organisasi massa, jumlah kekerasan dalam keluarga, perang antar kampung, gerakan permurtadan yang menyerang rusuk belakang, berkuasanya paradigma kekafiran, angkuhnya para ulama kepalang ajar, paganisme yang mengangkang, arabisme yang jadi topeng kesalihan, berkurang debit air karena penguasaan kaum kapitalis, hancurnya hutan, rusaknya spesies local, kemiskinan yang merajalela, kelaparan di lumbung beras penyangga nasional dll merupakan fenomena yang kian mengkhawatirkan, sekaligus dapat dijadikan petanda bahwa Al Islam di Lombok sudah dalam keadaan bahaya. Kita bersyukurlah pada generasi sepuh ( Tuan Guru di Sesela, Sekarbela, Bengkel, Kediri, Pancor, Pejeruk, Jerowaru, dll) yang telah lelah menyiapkan karpet merah untuk kita bisa nampak digjaya selayaknya disatu decade yang lalu, dan namun sekarang, kita harus merevitalisasi sekaligus menyulam lagi marwah Islam Kesasakan. Kita harus terpanggil untuk mengembalikan lagi kejayaan suku sasak al islamiyah yang dalam rumusan rahasia dakwah para waliullah di masa awal yang telah bersinergi dengan para Datu, Mangku, dan Pinisepuh. Inilah project substantive, yang harus dikerjakan oleh para generasi muda. Sebelum pulau Lombok yang konstruksinya seperti gelas sloki ini, hancur ditelan waktu, tenggelam di samudra hindia, dan hilang dari sejarah. Subhanallah…

TIGA KEBAHAGIAAN YANG SEDERHANA

Satu. Kebahagian Perjuangan Mengalami penderitaan demi kebahagian orang lain. Merasakan sakit untuk senangnya orang. Merasakan kemiskinan demi kemakmuran masyarakat. Merasakan sakit demi sembuhnya orang lain. Merasakan kesebatangkaraan demi rukunnya orang lain. Berkorban jiwaraga yang dianggap sia-sia oleh masyarakatnya. Berjuang habis-habisan yang disiniskan oleh semua orang. Kemampuan tersenyum disaat orang-orang yang tak mengerti menfitnahnya, mencelanya, mengkhianatinya , memenjarakannya, dan bahkan menghukumnya secara kejam. Kebahagiaan meruntuhkan kedzaliman. Menghancurkan segala tipudaya. Membongkar semua topeng kepura-puraan. Membuka segala kemunafikan. Melawan karena penyesatan massive. Sebuah kebahagiaan karena telah menjadi tubuh yang dipinjam demi kebenaran, perjuangan, dan penghancuran terhadap segala keburukan. Kebahagiaan karena sudah menyediakan diri sebagai tumbal bagi kemaslahatan ummat, walau dirinya sendiri luluh, tersakiti, tersingkirkan, tersia-sia, hancur dan menderita. Dua. Kebahagiaan Imani Menikmati ibadah yang sejati. Menempuh jalansuci keharibaanNYA. Manisnya dzikrullah. Sedapnya rindu pada rinduNYA. Indahnya cinta pada cintaNYA. Terampuninya segala dosa. Jauhnya godaan syetan. DiterimaNYA shalat, puasa, rukuk, sujud, duduk, rebah, khusuk, pengadian dan semua dilakukan disempurnakan oleh-NYA. Selalu dalam dzikrullah, kesyukuran atas segala rakhmat, nikmat, dan terperbaikinya amalan shaleh. Terpeliharanya dari perbuatan aniaya pada diri sendiri. Berlimpah ampunan Allah SWT. Terselamatnya jiwa agama. Tersehatinya jiwaraga. Bertambahnya ilmu pengetahuan. Keberkahan rezeki. Mendapatkan Taubat sebelum mati. Mendapatkan rahmat ketika mati. Dan memperoleh ampunan setelah mati. Mudahnya Sakaratul Maut. Bebasnya dari adzab neraka. Keampunan ketika hisab.Terpeliharnya dalam hidayah. Terberinya karunai dalam kasih Allah SWT. Terampuninya dosa-dosa kita, dosa-dosa orangtua, dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Terberinya kebahagiaan di dunia, di akhirat dan terbebasnya dari siksa api neraka. Terwarisnya shalat untuk seluruh anak cucu keturunan hingga akhir zaman. Masuknya ke surge bersama-sama orang-orang berbuat kebajikan. Ketiga. Kebahagiaan Amanah Kekayaan untuk bersahaqah. Kecerdasan untuk menerangi jalan ummat. Kecantikan untuk kemuliaan. Kesehatan untuk berbhakti. Keberuntungan untuk selalu berbagi. Kesenian untuk kesyukuran. Kekuatan untuk menolong yang lemah. Kedigjayaan untuk ketaqwaan. Kesusastraan untuk kelembutan budi. Keluangan waktu untuk peduli. Kepemimpinan untuk keimanan dan keampunan illahi. Insya Allah. Bahagia senantiasa..

Minggu, 06 Januari 2013

President Manusia

Seseorang bertanya, Siapakah President Manusia ? Dia yang yang memimpin manusia, menuju kemartabatan, kemuliaan dan kenangan.. Dia yang mampu menjadi khalifah fil ardh, pemimpin dimuka bumi, bagi seluruh manusia, Dia yang tidak berbatas Negara, muasal, ras, agama, warna kulit dan segala pembeda.. Dia yang mampu bicara dari hati ke hati kepada semua manusia.. Dia yang mampu berdialog dengan siapapun jua; jabatan dan kedudukannya. Dia yang mampu melihat menembus batas ruang dan waktu.. Dia yang mendengar seluruh kegalauan setiap diri kita.. Dia yang merasakan segenap penderitaan insani.. Dia yang mampu mengartikulasi harapan manusia.. Dia yang membela orang-orang lemah, tertindas, tersingkir dan tiada berdaya.. Dia yang menjadi tauladan atas budipekerti, cinta dan moralitas keagungan... Dia yang memahami falsafah manusia, secara mendalam, indah, dan penuh kearifan.. Dia yang menjadi bapak bagi semua yatim, dan menjadi ibu dari semua yang piatu. kekasih bagi yang luka, kawan bagi yang sebatangkara, dan sahabat bagi siapa saja.. Dia yang mendamaikan jiwa yang amarah, benci dan dendam.. Dia yang melembutkan sifat yang hasad, iri, dengki dan curiga.. Dia yang mencerahkan bagi yang kegelapan.. Dia yang menjadi kaki bagi yang ( tuna) daksa.. Dia yang menjadi mata bagi yang (tuna) netra.. Dia yang menjadi lidah dan telinga bagi yang (tuna) rungu.. Dia yang menjadi kecerdasan bagi yang pandir.. Dia yang menjadi tamba dan husada bagi yang sakit.. Dia yang menjadi pandu bagi segala keluh.. Dia yang menjadi solusi bagi kusutmasainya zaman. Bukan nabi, bukan dewa, bukan malaikat.. Ia manusia seperti kita juga, sebagaimana adanya… Jakarta, 07 januari 2013