Jumat, 17 Desember 2010

Padamu Sahabat

Ketika setiap saat menganyam harapan..
Ikat satu temalinya dengan ketulusan..
Bila saja ia berbuah pahit kekecewaan
Masih ada dahan yang menjaga pencapaian

Walau hidup diterpa badai tantangan..
Selalu ada celah untuk menemu terobosan..
Dikuak pastilah hanya dengan iman..
Jiwa bersenandung riang sepanjang zaman..

Bila malam membelai istirahnya badan..
Sejenak bangun untuk syukuri semua kenikmatan..
Hidupkan malam dengan dzikir di kedalaman
Indahnya rindu ada disetiap hela getaran..

Sejauh-jauh langkah kita berjalan..
Tapak demi tapak dalam pengembaran..
Menyusur waktu pada surga sehalaman..
Mencoba meniti di setiap ayat Al-Qur’an

Duhai sahabat, dan segenap handai taulan..
Marilah ingat selalu pada hasrat kesejatiaan..
Bahagia jiwa dalam makhrifat pengetahuan..
Mengharap ridho illahi dan hakekat kemuliaan..


Jakarta, 05 juni 2010

Ode Untuk Sahabat

I.
Sahabat adalah pesenyawaan rindu dalam anyaman dayacipta
Yang selalu sanggup melintasi tebing-tebing sejarah..
Mencipta harum pada bunga, dan
Membentang karpet merah bagi masa depan kemanusiaan

II.
Engkau tak akan pernah dari hatiku..
Ketekunanmu menganyam setiap sembilu menjadi atap, dan dinding2 bangsa ini..
Engkau tak akan pernah hilang dari jiwaku..
Kesungguhan membasuh luka pad setiap takik-takik waktu,
Demi langit harapan yang mungkin tak kan pernah kau sentuh..

Engkau tak akan pernah lenyap dari kalbuku..
Saatu kau bisikan lembut ditelinga kami:
“ Merdekalah sayang, fajar sudah menyingsing.
Sebentar lagi pagi!”

III.

Walau sampai batas lazuardi, tiadalah dapat kujumpai
Hakekat kebajikan dan pengorbanan..
Walau seluas samudra yang tak berbatas pandang,
Tiadalah dapat kulayari titik mata angina ketulusan..
Walau pada palung-palung didasar lautan,
Tiadalah dapat kuselami keindahan budi nan bening..

IV.

Dimanakah engkau kini..
Lelaki yang menyalakan obor pagi hanya untuk membakar matahari,
Agar setiap orang menciptakan matahari sendiri masing-masing dalam jiwanya..
Engkau juga, yang menenggelamkan rembulan disungai ciliwung yang jork dan berbau itu, agar smua orang belajar menciptakan keindahan sendiri dalam kalbunya..

V.
Rahayu.. rahayu..
Biarkan bunga-bunga tertipu kalender
Musim-musim yang mengkhianati tanggal..
Ku menatapmu dalam keteguhan makna
Bahwa hidup—ya sudah – bersahaja saja

VI.
Engkaulah perahu nuh, satu wahana penyelamatan peradaban..
Engkaulah pedang ibrahim, satu wanaha bagi makna kerelaan
Engkaulah tongkat musa, satu wahana menuju Tuhan..
Engkaulah dendang Sang Isa, atau bisikan penuh petanda zakaria
Engkaulah, satu perahu, pedang, tongkat, lagu
Atau bisikan yang menyelamatkan..

Jakarta, 2010

Rabu, 15 Desember 2010

Kepada Sang Putri

I
Pada pagi yang menyemai kebeningan,
ingin kuceritakan padamu,
tentang fajar yang diasuh rembulan..
Disetiap binarnya,
seolah membelai harapan pada langit yang merindu cahaya,
pada dedaunan bermandi warna atau air yang membisiki suara dengan gemerciknya..
Ingin keberitakan padamu tentang perjalanan setiap bulir air untuk mencapai muara, mengumpulkan setiap tetes persahabatan menjadi daya dan setiap ketulusan menjadi temali

II.
Teramat terjal si Tebing Batu..
Dipundak-pundak bertemu gua..
Selamat berjuang duhai Sri Ratu..
Segala harap padamu jua..

Dilembah ngarai tampaklah sawah..
Hijau warnanya sangatlah indah..
Tabahlah jiwa mengurai amanah..
Rahmat kan tiba melimpah ruah..

III.
Salam seindah petang nan lembayung senja bagimu putri..
Semoga engkau tetap seindah rembulan, setulus mentari,
Dan seagung bintang- bintang..

IV.
Seperti langit yang mengajarkan keluasan pandang,
Atau samudra yang menuturkan cerita dari masa ke masa..
Seperti juga gemercik air yang setiap tetesnya adalah ketulusan,
Atau setiap muaranya adalah kerinduan pada kesejatian..
Datang..,
datanglah keindahan itu disetiap pori-pori jiwa..
Disetiap ubun-ubun pengharapan..
Disetiap awan-awan yang mampu teduhkan sukma..

Engkaulah itu, perjalanan panjang sejarah penuh metafora,
Atau kegaiban yang hilang bersama cintaNYA..

V.
Biru birulah langit wajahmu..
Semburat lazuardi dipelupuk hari..
Haru harulah sekeping hatimu
Tergugah semangat diufuk nurani..

Betapa senyummu di embun pagi..
Adalah bukti engkau hadir dimuka bumi..
Sebagai anugrah pada setiap diri..
Yang mengerti makna nan sejati..

VI.
Kupandang langit, seolah ku menatap wajahmu yang tersenyum..
Kutatatap air, seolah kubercermin pada wajah zaman yang sumringah mengeja namamu..
Kudengar desau angin, seolah membisikan saripati perjalananmu..
Dimanakah engkau, duh kesejatian..
Menyeruak diantara rimba rahasia..

VII.
Salam pagi bagimu, duhai Putri..
Betapa indah, sebermula hari ini dengan senyummu..

VIII
Diantara lazuardi menyambut malam dengan rinai,
Kepak kupu-kupu yang bercerita tentang perjalanan penuh risau, terjal dan berbatu..
Oh, Putri yang tumbuh menjadi sejarah, bawalah tinta emas hidupmu..
Di majelis rakyat yang merindu padamu..

IX.
Sahaya menatapmu berkilauan,
Seolah fajar hati sudah terbitlah ia..
Betapa ingin setiap orang bertatapan,
Gundah jiwa yang temukan harapannya..
Dikaulah, rindu segala rindu,
Dipuncak-puncak bukit nan berbatu..
Dikaulah haru segala haru..
Dipucuk anganan beratus-ratus tahun terdahulu..

X.
Diantara rinai yang bercerita tentang kisah-kisah para pejuang
yang telah menorehkan namanya dengan tinta emas sejarah,
Ada semburat cahaya dari senyummu yang ditiupkan
semerbak mewangi spirit kesejatian..
Sementara itu, semilir angin terus menitipkan rindu dari palung langit yang terindah..

XI.

Salam pagi untukmu duhai Sang Putri,
Alangkah indah pagi dalam semesta senyummu,
yang telah mencipta burung-burung jadi riang bernyanyi,
Embun-embun bangga pada beningnya,
Dedaunan menemukan harkatnya,
Dan langitku..
Oh, langitku seolah menemukan seteguk air
Setelah penat melayani mayapada ini..

XII

Pada angin yang selalu setia menjadi daun-daun harapan
Dikelopak jiwa-jiwa nan bening..
Ijinkanlah kami bertitip salam penuh hormat
Bagimu duhai Putri nan cantik jelita..

XIII.

Salam senja bagimu duhai Tuan Putri..
Semerbak wangi bunga bersama meniti hari
Karena engkaulah titisan sang Dewi Surgawi..
Yang menerbarkan berjuta kasihsayang tiada berperi..
Seolah setiap langkah adalah jejak cahaya budi..
Bagi bara semangat bangsamu yang tumbuh berseri..
Setangkup metarindu untukmu dikedalaman nurani..
Kupesembahkan stanza dari jiwa yang terus bernyanyi
Diujung batas harapan dalam keindahan Ridho Illahi..
Bawalah doaku kemanapun engkau pergi..

Kutai, desember 09 – januari 2010

Jumat, 10 Desember 2010

Keterampilan Hidup Adalah Rahasia Meramu

Keterampilan hidup adalah rahasia meramu;

Kata-kata;
diramu menjadi susastra, budibahasa dan dawai bagi citarasa..
salah ramu menjadi cacimaki, umpat dan fitnah..

Herbal tetumbuhan;
diramu menjadi obat, jamu, dan bumbu..
salah ramu menjadi racun, dan minuman keras..

Pengalaman;
diramu menjadi hikmah, dan kenangan..
salah ramu menjadi trauma dan jera..

Sikap perilaku;
diramu menjadi budipekerti, martabat dan kemuliaan..
salah ramu menjadi dera, khianat dan marabahaya..

Kedalaman Nurani;
diramu menjadi kasihsayang, keberpihakan dan kelembutan..
salah ramu menjadi hasad, iri dan dengki..

Ilmu pengetahuan;
diramu menjadi cahaya, jalan hakiki dan pintu-pintu kebahagiaan..
salah ramu menjadi angkuh, tirani dan bencana..

Iman dan keyakinan;
diramu menjadi daya, pandu bagi kehidupan..
salah ramu menjadi sesat dan kegelapan..

salam tulus bagimu;
diramu..

Sebatangkara Yang Bahagia

Akulah sebatangkara yang bahagia..
menari dipuncak bukit,
bertapa ditubir jurang,
melayang dibatas rindu,
terbang dilangit pengharapan..

Akulah hijau bagi pepohonan,
melebur dalam biru lautan,
luruh dalam merah penderitaan,
terbenam dalam coklat ladang dan persawahan..

Akulah sebatangkara yang bahagia,
mencumbu pengetahuan menembus batas petanda,
mengeja setiap gelagat dunia,
melepaskan diri dari gelapnya citarasa,
berselancar diantara tafsir penuh dukalara..

Setiap saat..
ku dapat bernyanyi bagi semua nurani yang gelisah,
berpuisi diantara mereka yang tersisih,
melukis wajah dunia yang kusut masai,
seraya mendongeng bagi sungai yang terantuk batu-batu..

Akulah sebatangkara yang bahagia..
menikmati rembulan sepanjang sabit dan purnama,
merendam jiwa diantara telaga nurani yang bening dan bercahaya..

Tidur damai dipelukan doa,
bermimpi sepuas putaran galaksi andromeda..

Akulah sebatangkara yang bahagia,
karena setiap saat bisa mencumbu Tuhan tanpa beban, tanpa paksa, tanpa kecam..
Karena harapan pada RidhoNYA adalah Mahacinta yang kupunya..

Merdekalah..
Merdekalah aku dalam kebahagiaan yang sederhana..

jakarta, 20 Juli 2010